Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat
Dalam
kehidupan kita sebagai anggota masyarakat, istilah sosial sering dikaitkan
dengan hal-hal yang berhubungan dengan manusia dalam masyarakat, seperti
kehidupan kaum miskin di kota, kehidupan kaum berada, kehidupan nelayan dan
seterusnya. Sering diartikan sebagai suatu sifat yang mengarah pada rasa empati
terhadap kehidupan manusia sehingga memunculkan sifat tolong menolong, membantu
dari yang kuat terhadap yang lemah, mengalah terhadap orang lain, sehingga
sering dikatakan sebagai mempunyai jiwa sosial yang tinggi. Pada dunia
pendidikanpun istilah sosial dipakai untuk menyebut salah satu jurusan yang
harus dipilih ketika memasuki jenjang sekolah menengah atas atau pilihan ketika
memasuki perguruan tinggi, dan jurusan tersebut adalah jurusan yang berkaitan
dengan segala aktivitas yang berkenaan dengan tindakan hubungan antar manusia.
Integrasi
masyarakat adalah sebuah proses penyesuaian atau penyelarasan berbagai
unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat tersebut sehingga tercipta kerukunan
dan pola kehidupan masyarakat yang selaras dalam kemajemukan.
Pertentangan
social sendiri merupakan konflik yang terjadi dalam masyarakat, pertentangan
social ini terjadi juga merupakan sebuah akibat dari gagalnya integrasi
masyarakat yang menyebabkan masyarakat kurang bahkan tidak bisa hidup selaras
dalam sebuah kemajemukan. Hal ini merupakan sesuatu yang penting sebab apabila
hal ini diabaikan maka kesatuan dan persatuan Indonesia akan pecah. Karena
Indonesia sendiri terdiri dari masyarakat majemuk. Maka pendidikan akan
pentingnya saling menghargai dan menghormati perbedaan harus ditanamkan dalam –
dalam sejak dini.
Oleh
karena individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang yang sama persis dalam
aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun rohani, maka dengan sendirinya
timbul perbedaan individu dalam hal kepentingannya. Perbedaan kepentingan itu
antara lain berupa :
1. Kepentingan
individu untuk memperoleh kasih sayang
2. Kepentingan
individu untuk memperoleh harga diri
3. Kepentingan
individu untuk memperoleh penghargaan yang sama
4. Kepentingan
individu untuk memperoleh prestasi dan posisi
5. Kepentingan
individu untuk dibutuhkan orang lain
6. Kepentingan
individu untuk memperoleh kedudukan di dalam kelompoknya
7. Kepentingan
individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri
8. Kepentingan
individu untuk memperoleh kemerdekaan diri
Kenyataan-kenyataan
seperti itu menunjukkan ketidakmampuan suatu ideologi mewujudkan idealisme yang
akhirnya akan melahirkan kondisi disintegrasi atau konflik. Permasalahan utama
dalam tinjauan konflik ini adalah adanya jarak yang terlalu besar antara
harapan dengan kenyataan pelaksanaan dan hasilnya kenyataan itu disebabkan oleh
sudut pandang yang berbeda antara pemerintah atau penguasa sebagai pemegang
kendali ideologi dengan berbagai kelompok kepentingan sebagai sub-sub ideologi.
Perbedaan kepentingan ini tidak
secara langsung menyebabkan terjadinya konflik tetapi mengenal beberapa fase
yaitu:
1. Fase disorganisasi
yang terjadi karena kesalahpahaman.
2. Fase
dis-integrasi yaitu pernyataan tidak setuju.
Fase
dis-integrasi ini memiliki tahapan (Menurut Walter W. Martin dkk):
1.
Ketidaksepahaman anggota kelompok tentang tujuan yang dicapai.
2. Norma sosial
tidak membantu dalam mencapai tujuan yang disepakati.
3. Norma yang
telah dihayati bertentangan satu sama lain.
4. Sanksi sudah
menjadi lemah
5. Tindakan
anggota masyarakat sudah bertentangan dengan norma kelompok.
Prasangka Diskriminasi dan Etnosentrisme
Prasangka
atau prejudice berasal dari kata latian prejudicium, yang pengertiannya
sekarang mengalami perkembangan sebagia berikut :
· Semula diartikan
sebagai suatu presenden, artinya keputusan diambil atas dasar pengalaman yang
lalu
· Dalam bahas
Inggris mengandung arti pengambilan keputusan tanpa penelitian dan pertimbangan
yagn cermat, tergesa-gesa atau tidak matang
· Untuk mengatakan
prasangka dipersyaratkan pelibatan unsur-unsur emosilan (suka atau tidak suka)
dalam keputusan yang telah diambil tersebut
Dalam
konteks rasial, prasangka diartikan:”suatu sikap terhadap anggota kelompok
etnis atau ras tertentu, yang terbentuk terlalu cepat tanpa suatu induksi ”.
Dalam hal ini terkandung suatu ketidakadilan dalam arti sikap yang diambilkan
dari beberapa pengalaman dan yang didengarnya, kemudian disimpulkan sebagai
sifat dari anggota seluruh kelompok etnis.
Prasangka
(prejudice) diaratikan suatu anggapan terhadap sesuatu dari seseorang bahwa
sesuatu itu buruk dengan tanpa kritik terlebih dahulu. Baha arab menyebutnya
“sukhudzon”. Orang, secara serta merta tanpa timbang-timbang lagi bahwa sesuatu
itu buruk. Dan disisi lain bahasa arab “khusudzon” yaitu anggapan baik terhadap
sesuatu.
Prasangka
ini sebagian bear sifatnya apriori, mendahului pengalaman sendiri (tidak berdasarkan
pengalaman sendiri), karena merupakan hasil peniruan atau pengoperan langsung
pola orang lain. Prasangka bisa diartikan suatu sikap yang telampau
tergesa-gesa, berdasarkan generalisasi yang terlampau cepat, sifat berat
sebelah, dan dibarengi proses simplifikasi (terlalu menyederhanakan) terhadap
sesuatu realita. Dalam kehidupan sehari-hari prasangka ini banyak dimuati
emosi-emosi atau unsure efektif yang kuat.
Sebab-sebab
timbulnya prasangka dan diskriminasi :
1) Berlatar
belakang sejarah
2) Dilatar-belakangi
oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional
3) Bersumber
dari factor kepribadian
4) Berlatang
belakang perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama
Usaha-usaha mengurangi/menghilangkan
prasangka dan diskriminai
1) Perbaikan
kondisi sosial ekonomi
2) Perluasan
kesempatan belajar
3) Sikap terbuka
dan sikap lapang
Etnosentrisme
yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma
kebudayaannya sendiri sebagaai sesuatu yang prima, terbaik, mutlak dan
diepergunakan sebagai tolok ukur untuk menilai dan membedakannya dengan
kebudayaan lain. Etnosentrisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk
menginterpretasikan atau menilai kelompok lain dengan tolok ukur kebudayaannya
sendiri. Sikap etnosentrisme dalam tingkah laku berkomunikasi nampak canggung,
tidak luwes.
Pertentangan Sosial Ketegangan Dalam Masyarakat
Konflik
mengandung pengertian tingkah laku yang lebih luas daripada yang biasa
dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar.
Terdapat tiga elemen dasar yang merupakan ciri dasar dari suatu konflik, yaitu
· Terdapat dua
atau lebih unit-unit atau bagian yang terlibat dalam konflik
· Unit-Unit
tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan, tujuan,
masalah, sikap, maupun gagasan-gagasan
· Terdapat
interraksi diantar bagian-bagian yang mempunyai perbedaan tersebut
Konflik
merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang
sering dihubungkan dengan kebencian atau permusuhan, konflik dapat terjadi pada
lingkungan diri seseorang, kelompok, dan masyarakat. Adapun
cara pemecahan konflik tersebut:
· Elimination, pengunduran
diri dari salah satu pihak yang terlibat konflik
· Subjugation atau Domination,
pihak yang mempunyai kekuasaan terbesar dapat memaksa pihak lain untuk mengalah
· Majority Rule,
artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting
· Minority
Consent, artinya kelompok mayoritas yang menang, namun kelompok minoritas tidak
merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta kesepakatan untuk melakukan
kegiatan bersama
· Compromise,
artinya semua sub kelompok yang terlibat dalam konflik berusaha mencari dan
mendapatkan jalan tengah
· Integration,
artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan, dan
ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi
semua pihak
Referensi :
http://dwikyreza.wordpress.com/2010/11/12/pertentangan-pertentangan-sosial-dan-integrasi-masyarakat/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar