Kamis, 10 Januari 2013

Tulisan Agama dan Masyarakat II

Agama dan Masyarakat

Pernahkah kita melewati 1 hari dengan keluh kesah? Pernahkah kita merasa bahwa hari itu sungguh sial buat kita di mana kita mengalami banyak kekecewaan atau pun kegagalan pada hari yang sama? Pernahkah kita menginginkan waktu agar cepat barlalu dan hari secepatnya berganti?
Tuhan tidak pernah menciptakan hari yang buruk buat umat-Nya. Tuhan selalu memberi dan memberkati setiap hari sebelum kita jalani. Tuhan selalu memberikan yan terbaik pada hari-hari yang kta lalui. Namun kita tidak pernah bisa mencerna maksud Allah dalam setiap kehidupan kita.
Apabila hari ini Tuhan ijin masalah itu datang menghampiri hidup kita, berpikirlah secara positif bahwa Tuhan mempunyai rencana dalam setiap hal yang menimpa hidup kita. Tuhan tidak pernah memberika hal yang sia-sia bagi hidup kita. Seua yang terjadi itu memliki maksud dan tujuannya sendiri.
Bersyukurlah dalam segala sesuatu yang kita miliki dan kita alami saat ini. Saat kita mengucapkan syukur maka segala sesuatu yang kelabu akan nampak indah dan kita akan dapat melihat maksud dan tujuan Allah dalam hidup kita, maka dari itu milikilah hati yang penuh dengan ucapan syukur.
Dalam proses sosial, hubungan nilai dan tujuan masyarakat relative harus stabil dalam setiap momen. Bila terjadi perubahan dan kultural hancurnya bentuk social dan cultural lama. Masyarakat dipengaruhi oleh berbagai perubahan sosial. Setiap kelompok berbeda dalam dalam kepekaan agama dan cara merasakan titik kritisnya. Dalam kepekaan agama setiap kelompok berbeda dalam menafsirkannya, semua sesuai dengan situasi apa yang dihadapi oleh kelompok tersebut. Disamping menawarkan nilai-nilai dan solidaritas baru, juga tampil pola-pola sosial untuk mencari jalan keluar dari pengalaman yang mengecewakan anomi, menetang sumber yang nyata dan mencoba mengambil upaya pelarian yang telah disediakan oleh situasi.

Tulisan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Kemiskinan


Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Kemiskinan


Secara umum, Ilmu pengetahuan merupakan suatu pangkal tumpuan (objek) yang sistematis, mentoris, rasional/logis, empiris, umum dan akumulatif.Jadi ilmu pengetahuan adalah sebuah dasar atau bekal bagi seseorang yang ingin mencapai suatu tujuan yang diharapkannya. Tanpa ilmu pengetahuan, manusia tidak bisa mencapai apa yang diinginkannya. Ilmu pengetahuan memberikan setiap manusia ilmu-ilmu dasar untuk melakukan sesuatu.Ilmu pengetahuan bisa dicari dimana saja, tidak hanya dari buku pelajaran saja.
Ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki tiga komponen penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya yaitu ; ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Epistemologis hanyalah merupakan cara bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi tubuh ilmu pengetahuan. Ontologis dapat diartikan hakekat apa yang dikaji oleh pengetahuan, sehingga jelas  ruang lingkup ujud yang menajdi objek penelaahannya. Atau dengan kata lain ontologism merupakan objek formal dari suatu pengetahuan. Komponen aksiologis adalah asas menggunakan ilmu pengetahuan atau fungsi dari ilmu pengetahuan.
Pembentukan ilmu akan berhadapan dengan objek yang merupakan bahan dalam penelitian, meliputi objek material sebagai bahan yang menadi tujuan penelitian bulat dan utuh, serta objek formal, yaitu sudut pandangan yang mengarah kepada persoalan yang menjadi pusat perhatian. Langkah-langkah dalam memperoleh ilmu dan objek ilmu meliputi rangkaian kegiatan dan tindakan. Dimulai dengan pengamatan, yaitu suatu kegiatan yang diarahkan kepada fakta yang mendukung apa yang dipikirkan untuk sistemasi, kemudian menggolong-golongkan dan membuktikan dengan cara berpikir analitis, sistesis, induktif dan deduktif. Yang terakhir ialah pengujian kesimpulan dengan menghadapkan fakta-fakta sebagai upaya mencari berbagai hal yang merupakan pengingkaran.
Untuk mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan obyektif diperlukan sikap yang bersifat ilmiah, yang meliputi empat hal yaitu :
1.    Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga menacapi pengetahuan ilmiah yang obeyktif
2.    Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi supaya didukung oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada
3.    Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap indera dam budi yang digunakan untuk mencapai ilmu
4.    Merasa pasti bahwa setiap  pendapat, teori maupun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan kembali.

TEKNOLOGI
Teknologi adalah pemanfaatan ilmu untuk memecahkan suatu masalah dengan cara mengerahkan semua alat yang sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan skala nilai yang ada. Teknologi bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis serta untuk mengatasi semua kesulitan yang mungkin dihadapi.
Yang dimaksud dengan teknologi tepat guna adalah suatu teknologi yang telah memenuhi tiga syarat utama yaitu :
A.  Persyaratan Teknis, yang termasuk di dalamnya adalah :
1.    memperhatikan kelestarian tata lingkungan hidup, menggunakan sebanyak mungkin bahan baku dan sumber energi setempat dan sesedikit mungkin menggunakan bahan impor.
2.    jumlah produksi harus cukup dan mutu produksi harus diterima oleh pasar yang ada.
3.    menjamin agar hasil dapat diangkut ke pasaran dan masih dapat dikembangkan, sehingga dapat dihindari kerusakan atas mutu hasil.
4.    memperlihatkan tersedianya peralatan serta operasi dan perawatannya.
5.    Persyaratan Sosial, meliputi :
1.    memanfaatkan keterampilan yang sudah ada
2.    menjamin timbulnya perluasan lapangan kerja yang dapat terus menerus berkembang
3.    menekan seminimum mungkin pergeseran tenaga kerja yang mengakibatkan bertambahnya pengangguran.
4.    membatasi sejauh mungkin timbulnya ketegangan sosial dan budaya dengan mengatur agar peningkatan produksi berlangsung dalam batas-batas tertentu sehingga terwujud keseimbangan sosial dan budaya yang dinamis.
Selain menimbulkan dampak positif bagi kehidupan manusia, terutama mempermudah pelaksanaan kegiatan dalam hidup, teknologi juga memiliki berbagai dampak negatif jika tidak dimanfaatkan secara baik. Contoh masalah akibat perkembangan teknologi adalah kesempatan kerja yang semakin kurang sementara angkatan kerja makin bertambah, masalah penyediaan bahan-bahan dasar sebagai sumber energi yang berlebihan dikhawatirkan akan merugikan generasi yang akan datang.
ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN NILAI
Ilmu pengetahuan dan teknologi sering dikaitkan dengan nilai atau moral.Hal ini besar perhatiannya tatkala dirasakan dampaknya melalui kebijaksanaanpembangunan, yang pada hakikatnya adalah penerapan ilmu pengetahuan danteknologi.Penerapan ilmu pengetahuan khususnya teknologi sering kurangmemperhatikan masalah nilai, moral atau segi-segi manusiawinya.Keadaandemikian tidak luput dari falsafah pembangunannya itu sendiri, dalam
menentukan pilihan antara orientasi produksi dengan motif ekonomi yangkuat, dengan orientasi nilai yang menyangkut segi-segi kemanusiaan yangterkadang harus dibayar lebih mahal.
Ilmu dapatlah dipandang sebagai produk, sebagai proses, dan sebagai paradigma etika (Jujun S. Suriasumantri, 1984). Ilmu dipandang sebagai proseskarena ilmu merupakan hasil darikegiatan sosial, yang berusaha memahamialam, manusia dan perilakunya baik secara individu atau kelompok.Apa yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini,merupakan hasil penalaran (rasio) secara objektif. Ilmu sebagai produk artinyailmu diperoleh dari hasil metode keilmuwan yang diakui secara umum danuniversal sifatnya. Oleh karena itu ilmu dapat diuji kebenarannya, sehinggatidak mustahil suatu teori yang sudah mapan suatu saat dapat ditumbangkanoleh teori lain. Ilmu sebagai ilmu, karena ilmu selain universal, komunal,juga alat menyakinkan sekaligus dapat skeptis, tidak begitu saja mudahmenerima kebenaran.
IImu adalah bukan tujuan tetapi sebagai alat atau sarana dalam rangkameningkatkan taraf hidup manusia.dengan memperhatikan dan mengutamakankodrat dan martabat manusia serta menjaga kelestarian lingkungan alam.
Kini sikap ilmuwan dibagimenjadi dua golongan :
1.    Golongan yang menyatakan ilmu dan teknologi adalah bersifat netralterhadap nilai-nilai baik secara ontologis maupun secara aksiologis, soalpenggunaannya terserah kepada si ilmuwan itu sendiri, apakah digunakanuntuk tujuan baik atau tujuan buruk. Golongan ini berasumsi bahwakebenaran itu dijunjung tinggi sebagai nilai, sehingga nilai-nilaikemanusiaan Iainnya dikorbankan demi teknologi.
2.    Golongan yang menyatakan bahwa ilmu dan teknologi itu bersifat netralhanya dalam batas-batas metafisik keilmuwan, sedangkan dalampenggunaan dan penelitiannya harus berlandaskan pada asas-asas moralatau nilai-nilai. golongan ini berasumsi bahwa ilmuwan telah mengetahuiekses-ekses yang terjadi apabiia ilmu dan teknologi disaIahgunakan.Nampaknya iImuwan goiongan kedua yang patut kita masyarakatkansikapnya sehingga ilmuwan terbebas dari kecenderungan “pelacuran”dibidang ilmu dan teknologi, dengan mengorbankan nilai-nilaikemanusiaan.
Upaya untuk menjinakkan teknologi diantaranya :
1.    Mempertimbangkan atau kalau perlu mengganti kriteria utama dalammenolak atau menerapkan suatu inovasi teknologi yang didasarkan padakeuntungan ekonomis atau sumbangannya kepada pertumbuhan ekonomi.
2.    Pada tingkat konsekuensi sosial, penerapan teknologi harus merupakanhasil kesepakatan ilmuan sosial dari berbagai disiplin ilmu.

KEMISKINAN
Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan  apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dan lain-lain.
Garis kemiskinan yang menentukan batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh tiga hal :
1.    Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan
2.    Posisi  manusia dalam lingkungan sekitar
3.    Kebutuhan objectif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi
Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, adat istiadat, dan sistem nilai yang dimiliki.Dalamhal ini garis kemiskinan dapat tinggi atau rendah.Terhadap posisi manusia dalam lingkungan sosial, bukan ukuran kebutuhan pokok yang menentukan, melainkan bagaimana posisi pendapatannya ditengah-tengah masyarakat sekitarnya.Kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi ditentukan oleh komposisi pangan apakah benilai gizi cukup dengan nilai protein dan kalori cukup sesuai dengan tingkat umur, jenis kelamin, sifat pekerjaan, keadaan iklim dan lingkungan yang dialaminya.
Berdasarkan ukuran ini maka mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.    Tidak memiliki factor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan. Dll
2.    Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan ataua modal usaha
3.    Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai taman SD
4.    Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas
5.    Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.
Kemiskinan menurut orang lapangan (umum) dapat dikatagorikan kedalam tiga unsur :
1.    Kemiskinan yang disebabkan handicap badaniah ataupun mental seseorang
2.    Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam
3.    Kemiskinan  buatan. Yang  relevan dalam hal ini adalah kemiskinan buatan, buatan manusia terhadap manusia pula yang disebut kemiskinan structural. Itulah kemiskinan yang timbul oleh dan dari struktur-struktur  buatan manusia, baik struktur ekonomi, politik, sosial maupun cultural. Selaindisebabkan oleh hal-hal tersebut, juga dimanfaatkan oleh sikap “penenangan” atau “nrimo”, memandang kemiskinan sebagai nasib, malahan sebagai takdir Tuhan. Kemiskinan menjadi suatu kebudayaan atau subkultur, yang mempunya struktur dan way of life yang telah turun temurun melalui jalur keluarga. Kemiskinan (yagn membudaya) itu disebabkan oleh dan selama proses perubahan sosial secara fundamental, seperti transisi dari feodalisme ke kapitalisme, perubahan teknologi yang cepat, kolonialisme, dsb.obatnya tidak lain adalah revolusi yang sama radikal dan meluasnya.




Referensi :


Tulisan Penduduk Masyarakat dan Kebudayaan II


Penduduk Masyarakat dan Kebudayaan



Indonesia sebuah negara yang mempunyai begitu banyak masyarakat dan budaya juga norma-norma yang berlaku di wilayah itu. Norma-norma tersebut setelah mengalami proses tertentu pada akhirnya akan menjadi bagian tertentu dari lembaga kemasyarakatan. Proses tersebut dinamakan proses institusionalisasi, yaitu suat proses yang dilewati oleh norma kemasyarakatan yang baru untuk menjadi bagian dari salah satu lembaga kemasyarakatan, sehingga norma tersebut oleh masyarakt diterima, dihargai, dan kemudian ditaati dan dipatuhi dalam mengatur kehidupan sehai-hari., dalam suatu wilayah terdapat banayaknya budaya dan suku . Seperti batak , minang , melayu , ambon , jawa , sunda , dayak dan masih banyak lagi . Apabila kita tidak bisa menghargai setiap suku yang berbeda akan terjadi kesalah pahaman dan peperanagn antar suku, Seperti permasalahan suku  Batak dan Jawa yang di akibatkan oleh kesalah pahaman antar budaya dan logat berbicara mereka yang berbeda .
Penduduk adalah orang-orang yang berada di dalam suatu wilayah yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling berinteraksi satu sama lain secara terus menerus / kontinu. Dalam sosiologi, penduduk adalah kumpulan manusia yang menempati wilayah geografi dan ruang tertentu. Penduduk di indonesia semakin hari semakin padat maka dari itu pemerintah mengadakan program KB.karna di negara kita pertambahan penduduk tidak di sesuaikan dengan jumlah lapangan pekerjaan yang masih amat sedikit banyak nya pengangguran di sana sini membuat negara kita masih di katakan miskin ,namun kalau kita melihat di sekeliling kita banyak yang hidup bermewah mewahan padahal khususnya di ibu kota banyak penduduk yang kelaparan tidak mempunyai tempat tinggal yang dapat dikatakan layak
Masyarakat adalah kehidupan sosial manusia yang menempati wilayah tertentu,yang keteraturannya dalam kehidupan sosialnya telah dimungkinkan karena memiliki pranata sosial yang telah menjadi tradisi dan mengatur kehidupannya. Hal yang terpenting dalam masyarakat adalah pranata sosial, tanpa pranata sosial kehidupan bersama didalam masyarakat tidak mungkin dilakukan secara teratur. Pranata sosial adalah perangkat peraturan yang mengatur peranan serta hubungan antar anggota masyarakat, baik secara perseorangan maupun secara kelompok.
Masyarakat di indonesia amat sangat beragam .kehidupan bermasyarakat di indonesia sangat hidup berdampingan dimana satusama lain saling mengenal .tapi masyarakat kita sering kali terespon dengan isu isu yang tidak penting yang beredar di kalangan masyarakat kita .hendaknya kehidupan di masyarakat harus di iringi dengan rasa tanggung jawab yang penuh  agar senantiasa terhindar dari perbuatan perbuatan yangb mengimpang .saling berinteraksi satu sama lain harus terus di jalani agar kehidupan bermasyarakat di indonesia tetap harmonis .masyarakat kota dengan struktur yang lebih majemuk dan maju mempunyai karakteristik yang berdeda dengan masyarakat desa .masyarakat kota umum nya mempunyai suatu sistem tata nilai yang memberikan penghargaan kepada banayk orang
Kebudayaan dapat dikatakan mempunyai berbagai corak kebudayaan bisa kita dapatkan di negeri yang bisa di bilang kaya akan sumber daya alam.karena banyaknya budaya di negeri ini tidak heran kalau budaya indonesia ansangat kuat dan melekat di kalangan masyarakatnya.bahkan budaya memakai batik sangat banyak seperti di perkantoran sekolah maupun instansi pemerintahan dan swasta.kebudayaan indonesia sangat beragam dari sabang hingga marauke ,berbagai kebudayaan dr daerah padang , aceh ,riau jawa hingga papua,kehidupan berbudaya gotong royong di pedesaan lebih memiliki solidaritas yang cukup baik di bandingkan dengan masyarakat perkotaan karena mereka amat sangat rela berkorban satu dengan yang lainnya . maka dari itu kita sebagai generasi penerus indonesia lakukan yang terbaik dengan kemampuan yang kita bisa saya yakin bahwa negara kita tidak kalah dengan negara maju asalkan kita sebagai generasi penerus mau berusa belajar dan berdoa .





Referensi :
Harwantiyoko dan Katuuk, Neltje F. (1997). MKDU Ilmu Sosial Dasar. Jakarta : Gunadarma


Tulisan Agama dan Masyarakat


Agama dan Masyarakat



Dalam proses sosial, hubungan nilai dan tujuan masyarakat relative harus stabil dalam setiap momen. Bila terjadi perubahan dan kultural hancurnya bentuk social dan cultural lama.
Membicarakan peranan agama dalam kehidupan sosial menyangkut dua hal yang sudah tentu hubungannya erat memiliki aspek-aspek yang terpelihara. Yaitu pengaruh dari cita-cita agama dan etika agama dalam kehidupan individu dari kelas social dan grup social, perseorangandan kolektivitas dan mencakup kebiasaan dan cara semua unsur asing agma diwarnainya. Yang mempunyai seperangkat arti mencakup perilaku sebagai pegangan individu (way of life) dengan kepercayaan dan taat kepada agamanya. Agama sebagai suatu system mencakup individu dan masyarakat, seperti adanya emosi keagamaan, keyakinan terhadap agamanya.
Dalam proses sosial, hubungan nilai dan tujuan masyarakat relative harus stabil dalam setiap momen. Bila terjadi perubahan dan kultural hancurnya bentuk social dan cultural lama.
Masyarakat dipengaruhi oleh berbagai perubahan sosial. Setiap kelompok berbeda dalam dalam kepekaan agama dan cara merasakan titik kritisnya. Dalam kepekaan agama setiap kelompok berbeda dalam menafsirkannya, semua sesuai dengan situasi apa yang dihadapi oleh kelompok tersebut. Disamping menawarkan nilai-nilai dan solidaritas baru, juga tampil pola-pola sosial untuk mencari jalan keluar dari pengalaman yang mengecewakan anomi, menetang sumber yang nyata dan mencoba mengambil upaya pelarian yang telah disediakan oleh situasi.
Dalam pandangan sosiologi, perhatian utama terhadap agama adalah pada fungsinya terhadap masyarakat. Istilah fungsi seperti kita ketahui, menunjuk kepada sumbangan yang diberikan agama, atau lembaga sosial yang lain, untuk mempertahankan (keutuhan) masyarakat sebagai usaha-usaha yang aktif dan berjalan terus-menerus. Dengan demikian perhatian kita adalah peranan yang telah ada dan yang masih dimainkan. Emile Durkheim sebagai sosiolog besar telah memberikan gambaran tentang fungsi agama dalam masyarakat. Dia berkesimpulan bahwa sarana-sarana keagamaan adalah lambang-lambang masyarakat, kesakralan bersumber pada kekuatan yang dinyatakan berlaku oleh masyarakat secara keseluruhan bagi setiap anggotanya, dan fungsinya adalah mempertahankan dan memperkuat rasa solidaritas dan kewajiban sosial.
Penjelasan yang bagaimanapun adanya tentang agama, tak akan pernah tuntas tanpa mengikutsertakan aspek-aspek sosiologisnya. Agama, yang menyangkut kepercayaan kepercayaan serta berbagai prakteknya, benar-benar merupakan masalah sosial dan pada saat ini senantiasa ditemukan dalam setiap masyarakat manusia. Karena itu segera lahir pertanyaan tentang bagaimana seharusnya dari sudut pandang sosiologis.
Agama telah dicirikan sebagai pemersatu aspirasi manusia yang paling sublime; sebagai sejumlah besar moralitas, sumber tatanan masyarakat dan perdamaian batin individu; sebagai sesuatu yang memuliakan dan yang membuat manusia beradab. Sebenarnya lembaga keagamaan adalah menyangkut hal yang mengandung arti penting tertentu, menyangkut masalah aspek kehidupan manusia, yang dalam transendensinya, mencakup sesuatu yang mempunyai arti penting dan menonjol bagi manusia. Bahkan sejarah menunjukkan bahwa lembaga-lembaga keagamaan merupakan bentuk asosiasi manusia yang paling mungkin untuk terus bertahan.
Upacara-upacara yang bernuansa agama suku bukannya semakin berkurang tetapi kelihatannya semakin marak di mana-mana terutama di sejumlah desa-desa.Misalnya saja, demi pariwisata yang mendatangkan banyak uang bagi para pelaku pariwisata, maka upacara-upacara adat yang notabene adalah upacara agama suku mulai dihidupkan di daerah-daerah.
Upacara-upacara agama suku yang selama ini ditekan dan dimarjinalisasikan tumbuh sangat subur. Anehnya sebab bukan hanya orang yang masih tinggal di kampung yang menyambut angin segar itu dengan antusias tetapi ternyata orang yang lama tinggal di kotapun menyambutnya dengan semangat membara. Misalnya pemilihan hari-hari tertentu yang diklaim sebagai hari baik untuk melaksanakan suatu upacara. Hal ini semakin menarik sebab mereka itu pada umumnya merupakan pemeluk yang “ fanatik” dari salah satu agama monoteis bahkan pejabat atau pimpinan agama. Jadi pada jaman sekarang pun masih banyak sekali hal yang menghubungkan agama dengan kepercayaan-kepercayaan seperti itu sehingga bisa menimbulkan konflik bagi masyarakat itu sendiri.
Dalam kaitannya dengan lembaga sosial yang ada dalam masyarakat, hendaknya cara berpikir sosiologis dipusatkan pada lembaga-lembaga kecil dan besar, serta gabungan lembaga-lembaga yang merupakan sub-sub sistem dalam masyarakat




Referensi :
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul
http://musthopz.wordpress.com/2012/10/28/tugas-isd-bab-10/

Ikuti @baddyisme