Ilmu
Pengetahuan Teknologi dan Kemiskinan
Secara umum, Ilmu
pengetahuan merupakan suatu pangkal tumpuan (objek) yang sistematis,
mentoris, rasional/logis, empiris, umum dan akumulatif.Jadi ilmu pengetahuan
adalah sebuah dasar atau bekal bagi seseorang yang ingin mencapai suatu tujuan
yang diharapkannya. Tanpa ilmu pengetahuan, manusia tidak bisa mencapai apa
yang diinginkannya. Ilmu pengetahuan memberikan setiap manusia ilmu-ilmu dasar
untuk melakukan sesuatu.Ilmu pengetahuan bisa dicari dimana saja, tidak hanya
dari buku pelajaran saja.
Ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki tiga komponen
penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya yaitu ; ontologis, epistemologis,
dan aksiologis. Epistemologis hanyalah merupakan cara bagaimana materi
pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi tubuh ilmu pengetahuan. Ontologis
dapat diartikan hakekat apa yang dikaji oleh pengetahuan, sehingga jelas
ruang lingkup ujud yang menajdi objek penelaahannya. Atau dengan kata lain
ontologism merupakan objek formal dari suatu pengetahuan. Komponen aksiologis
adalah asas menggunakan ilmu pengetahuan atau fungsi dari ilmu pengetahuan.
Pembentukan ilmu akan berhadapan dengan objek yang merupakan
bahan dalam penelitian, meliputi objek material sebagai bahan yang menadi
tujuan penelitian bulat dan utuh, serta objek formal, yaitu sudut pandangan
yang mengarah kepada persoalan yang menjadi pusat perhatian. Langkah-langkah
dalam memperoleh ilmu dan objek ilmu meliputi rangkaian kegiatan dan tindakan.
Dimulai dengan pengamatan, yaitu suatu kegiatan yang diarahkan kepada fakta
yang mendukung apa yang dipikirkan untuk sistemasi, kemudian
menggolong-golongkan dan membuktikan dengan cara berpikir analitis, sistesis,
induktif dan deduktif. Yang terakhir ialah pengujian kesimpulan dengan
menghadapkan fakta-fakta sebagai upaya mencari berbagai hal yang merupakan
pengingkaran.
Untuk mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan obyektif
diperlukan sikap yang bersifat ilmiah, yang meliputi empat hal yaitu :
1.
Tidak ada perasaan yang bersifat
pamrih sehingga menacapi pengetahuan ilmiah yang obeyktif
2.
Selektif, artinya mengadakan pemilihan
terhadap problema yang dihadapi supaya didukung oleh fakta atau gejala, dan
mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada
3.
Kepercayaan yang layak terhadap
kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap indera dam budi yang digunakan
untuk mencapai ilmu
4.
Merasa pasti bahwa setiap
pendapat, teori maupun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian, namun masih
terbuka untuk dibuktikan kembali.
TEKNOLOGI
Teknologi
adalah pemanfaatan ilmu untuk memecahkan suatu masalah dengan cara mengerahkan
semua alat yang sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan skala nilai yang ada.
Teknologi bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis serta untuk
mengatasi semua kesulitan yang mungkin dihadapi.
Yang dimaksud dengan teknologi tepat guna adalah suatu
teknologi yang telah memenuhi tiga syarat utama yaitu :
A.
Persyaratan
Teknis, yang termasuk di dalamnya adalah :
1.
memperhatikan kelestarian tata
lingkungan hidup, menggunakan sebanyak mungkin bahan baku dan sumber energi
setempat dan sesedikit mungkin menggunakan bahan impor.
2.
jumlah produksi harus cukup dan mutu
produksi harus diterima oleh pasar yang ada.
3.
menjamin agar hasil dapat diangkut
ke pasaran dan masih dapat dikembangkan, sehingga dapat dihindari kerusakan
atas mutu hasil.
4.
memperlihatkan tersedianya peralatan
serta operasi dan perawatannya.
5.
Persyaratan
Sosial, meliputi :
1.
memanfaatkan keterampilan yang sudah
ada
2.
menjamin timbulnya perluasan
lapangan kerja yang dapat terus menerus berkembang
3.
menekan seminimum mungkin pergeseran
tenaga kerja yang mengakibatkan bertambahnya pengangguran.
4.
membatasi sejauh mungkin timbulnya
ketegangan sosial dan budaya dengan mengatur agar peningkatan produksi
berlangsung dalam batas-batas tertentu sehingga terwujud keseimbangan sosial
dan budaya yang dinamis.
Selain menimbulkan dampak positif bagi kehidupan manusia,
terutama mempermudah pelaksanaan kegiatan dalam hidup, teknologi juga memiliki berbagai
dampak negatif jika tidak dimanfaatkan secara baik. Contoh masalah akibat
perkembangan teknologi adalah kesempatan kerja yang semakin kurang sementara
angkatan kerja makin bertambah, masalah penyediaan bahan-bahan dasar sebagai
sumber energi yang berlebihan dikhawatirkan akan merugikan generasi yang akan
datang.
ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN NILAI
Ilmu pengetahuan dan teknologi sering dikaitkan dengan nilai
atau moral.Hal ini besar perhatiannya tatkala dirasakan dampaknya melalui
kebijaksanaanpembangunan, yang pada hakikatnya adalah penerapan ilmu
pengetahuan danteknologi.Penerapan ilmu pengetahuan khususnya teknologi sering
kurangmemperhatikan masalah nilai, moral atau segi-segi
manusiawinya.Keadaandemikian tidak luput dari falsafah pembangunannya itu
sendiri, dalam
menentukan pilihan antara orientasi produksi dengan motif ekonomi yangkuat,
dengan orientasi nilai yang menyangkut segi-segi kemanusiaan yangterkadang
harus dibayar lebih mahal.
Ilmu dapatlah dipandang sebagai produk, sebagai proses, dan
sebagai paradigma etika (Jujun S. Suriasumantri, 1984). Ilmu dipandang sebagai
proseskarena ilmu merupakan hasil darikegiatan sosial, yang berusaha
memahamialam, manusia dan perilakunya baik secara individu atau kelompok.Apa
yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini,merupakan hasil
penalaran (rasio) secara objektif. Ilmu sebagai produk artinyailmu diperoleh
dari hasil metode keilmuwan yang diakui secara umum danuniversal sifatnya. Oleh
karena itu ilmu dapat diuji kebenarannya, sehinggatidak mustahil suatu teori
yang sudah mapan suatu saat dapat ditumbangkanoleh teori lain. Ilmu sebagai ilmu,
karena ilmu selain universal, komunal,juga alat menyakinkan sekaligus dapat
skeptis, tidak begitu saja mudahmenerima kebenaran.
IImu adalah bukan tujuan tetapi sebagai alat atau sarana
dalam rangkameningkatkan taraf hidup manusia.dengan memperhatikan dan
mengutamakankodrat dan martabat manusia serta menjaga kelestarian lingkungan
alam.
Kini sikap ilmuwan dibagimenjadi dua golongan :
1.
Golongan yang menyatakan ilmu dan
teknologi adalah bersifat netralterhadap nilai-nilai baik secara ontologis
maupun secara aksiologis, soalpenggunaannya terserah kepada si ilmuwan itu
sendiri, apakah digunakanuntuk tujuan baik atau tujuan buruk. Golongan ini
berasumsi bahwakebenaran itu dijunjung tinggi sebagai nilai, sehingga
nilai-nilaikemanusiaan Iainnya dikorbankan demi teknologi.
2.
Golongan yang menyatakan bahwa ilmu
dan teknologi itu bersifat netralhanya dalam batas-batas metafisik keilmuwan,
sedangkan dalampenggunaan dan penelitiannya harus berlandaskan pada asas-asas
moralatau nilai-nilai. golongan ini berasumsi bahwa ilmuwan telah
mengetahuiekses-ekses yang terjadi apabiia ilmu dan teknologi
disaIahgunakan.Nampaknya iImuwan goiongan kedua yang patut kita
masyarakatkansikapnya sehingga ilmuwan terbebas dari kecenderungan
“pelacuran”dibidang ilmu dan teknologi, dengan mengorbankan
nilai-nilaikemanusiaan.
Upaya untuk menjinakkan teknologi diantaranya :
1.
Mempertimbangkan atau kalau perlu
mengganti kriteria utama dalammenolak atau menerapkan suatu inovasi teknologi
yang didasarkan padakeuntungan ekonomis atau sumbangannya kepada pertumbuhan
ekonomi.
2.
Pada tingkat konsekuensi sosial,
penerapan teknologi harus merupakanhasil kesepakatan ilmuan sosial dari
berbagai disiplin ilmu.
KEMISKINAN
Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan
untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dikatakan berada di bawah garis
kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh, dan lain-lain.
Garis kemiskinan yang menentukan batas minimum pendapatan
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, bisa dipengaruhi oleh tiga hal
:
1.
Persepsi manusia terhadap kebutuhan
pokok yang diperlukan
2.
Posisi manusia dalam
lingkungan sekitar
3.
Kebutuhan objectif manusia untuk
bisa hidup secara manusiawi
Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, adat istiadat, dan sistem nilai yang
dimiliki.Dalamhal ini garis kemiskinan dapat tinggi atau rendah.Terhadap posisi
manusia dalam lingkungan sosial, bukan ukuran kebutuhan pokok yang menentukan,
melainkan bagaimana posisi pendapatannya ditengah-tengah masyarakat
sekitarnya.Kebutuhan objektif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi
ditentukan oleh komposisi pangan apakah benilai gizi cukup dengan nilai protein
dan kalori cukup sesuai dengan tingkat umur, jenis kelamin, sifat pekerjaan,
keadaan iklim dan lingkungan yang dialaminya.
Berdasarkan ukuran ini maka mereka yang hidup dibawah garis
kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Tidak memiliki factor-faktor
produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan. Dll
2.
Tidak memiliki kemungkinan untuk
memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh
tanah garapan ataua modal usaha
3.
Tingkat pendidikan mereka rendah,
tidak sampai taman SD
4.
Kebanyakan tinggal di desa sebagai
pekerja bebas
5.
Banyak yang hidup di kota berusia
muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.
Kemiskinan menurut orang lapangan (umum) dapat dikatagorikan
kedalam tiga unsur :
1.
Kemiskinan yang disebabkan handicap
badaniah ataupun mental seseorang
2.
Kemiskinan yang disebabkan oleh
bencana alam
3.
Kemiskinan buatan. Yang
relevan dalam hal ini adalah kemiskinan buatan, buatan manusia terhadap manusia
pula yang disebut kemiskinan structural. Itulah kemiskinan yang timbul oleh dan
dari struktur-struktur buatan manusia, baik struktur ekonomi, politik,
sosial maupun cultural. Selaindisebabkan oleh hal-hal tersebut, juga
dimanfaatkan oleh sikap “penenangan” atau “nrimo”, memandang kemiskinan sebagai
nasib, malahan sebagai takdir Tuhan. Kemiskinan menjadi suatu kebudayaan atau
subkultur, yang mempunya struktur dan way of life yang telah turun temurun
melalui jalur keluarga. Kemiskinan (yagn membudaya) itu disebabkan oleh dan
selama proses perubahan sosial secara fundamental, seperti transisi dari
feodalisme ke kapitalisme, perubahan teknologi yang cepat, kolonialisme,
dsb.obatnya tidak lain adalah revolusi yang sama radikal dan meluasnya.
Referensi :